Senin, 28 Januari 2013

Makalah Diksi dan Gaya Bahasa



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran terendah sampai tertinggi adalah kata, frase, klausa dan kalimat. Ketika anda menulis atau berbicara, kata adalah kunci pokok dalam membentuk tulisan dan  ucapan. Maka dari itu kata-kata dalam bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, supaya ide dan pesan seseorang dapat dimengerti dengan baik. Kata–kata yang digunakan dalam komunikasi harus dipahami dalam konteks alinia dan wacana. Tidak dibenarkan menggunakan kata-kata degnan sesuka hati, tetapi harus mengikuti kaidah-kaidah yang benar.
Menulis merupakan kegiatan yang menghasilkan ide secara terus menerus dalam bentuk tulisan yang teratur yang mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan dan perasaan (ekspresif). Untuk itu penulis atau pengarang membutuhkan keterampilan dalam hal struktur bahasa dan kosa kata. Yang terpenting dalam menulis adalah penguasaan kosa kata yang merupakan bagian dari diksi. Ketepatan diksi dakam membuat suatu tulisan atau karangan tidak dapat diabaikan demi menghasilkan tulisan yang mudah dimengerti.
Diksi dapat diartikan sebagai pelihan kata pengarang dalam menggambarkan cerita pengarang. Walaupun dapat diartikan begitu, diksi tidak hanya pilih memilih kata saja atau mengungkapkan gagasan pengarang, tetapi juga meliputi gaya bahasa dan ungkapan-ungkapan.

B.   Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1.    Apa yang dimaksud dengan diksi dan gaya bahasa?
2.    Bagaimana menggunakan ketepatan kata, kesesuaian kata, dan perubahan makna?
3.    Apa yang dimaksud dengan denotasi, konotasi, sinonim, dan idiomatik?
4.    Bagaimana menggunakan kata tanya yang tepat?
5.    Apa yang dimaksud dengan homonim, homofon, dan homograf?
6.    Apa yang dimaksud dengan kata abstrak, kata konkret, kata umum, dan kata khusus?
7.    Apa yang dimaksud dengan peristilahan, definisi istilah?
8.    Apa yang dimaksud dengan kata baku dan non baku?







BAB II
PEMBAHASAN

1.    Diksi dan Gaya Bahasa
Gaya bahasa ditentukan oleh ketepatan dan kesesuaian pilihan kata. Kalimat, paragraf, atau wacana menjadi efektif jika dieksprikan dengan gaya bahasa yang tepat. Gaya bahasa mempengaruhi terbentuknya suasana, kejujuran, kesopanan, kemenarikan, tingkat keresmian, atau realita. Gaya resmi misalnya dapat membawa pembaca/ pendengar ke dalam suasana serius dan penuh perhatian. Suasana tudak resmi mengarahkan pembaca/ pendengar ke dalamsituasi rileks tapi efektif. Gaya percakapan membawa suasana ke dalam situasi realistis.
Selain itu, pilihan dan kesesuaian kata yang didukung dengan tanda baca yang tepat dapat menimbulkan nada kebahasaan, yaitu sugesti yang terekspresi melalui rangkaian kata yang disertai penekanan mampu menghasilkan daya persuasi yang tinggi. Gaya bahasa berdasarkan nada yang dihasilkan pilihan kata ini ada tiga macam, yaitu:
1.    Gaya bahasa bernada rendah (gaya sederhana) menghasilkan ekspresi pesan yang mudah dipahami oleh berbagai lapisan pembaca, misalnya dalam buku-buku pelajaran, penyajian fakta, dan pembuktian.
2.    Gaya bahasa bernada menengah, rangkaian kata yang disusun berdasarkan kaidah sintaksis dengan menimbulkan suasana damai dan kesejukan, misalnya: dalamseminar, kekeluargaan, dan kesopanan.
3.    Gaya bahasa bernada tinggi mengekspresikan maksud degnan penuh tenaga, menggunakan pilihan kata yang penug vitalitas, energi, dan kebenaran universal. Gaya ini menggunakan kata-kata yang penuh keagungan dan kemuliaan yang dapat menghanyutkan emosi pembaca dan pendengarnya. Gaya ini sering digunakan untuk  menggerakkan massa dalam jumlah yang sangat banyak.

2.    Ketepatan Kata
Diksi adalah ketetapan pilihan kata. Penggunaan ketepatann pilihan kata ini dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai dan menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mapu mengomunikasikannya secaraefektif kapada pembaca dan pendengarnya. Indicator ketepatan kata ini, antara lain:
1.    Mengomunikasikan gagasan berdasarkan pilihan kata yang tepat dan sesuai berdasarkan kaidah bahasa Indonesia.
2.    Menghasilkan komunikasi puncak (yang paling efektif) tanpa salah penafsiran atau salah makna.
3.    Menghasilkan respon pembaca atau pendengar sesuai dengan harapan penulis atau pembicara.
4.    Menghasilkan target komunikasi yang diharapkan.

Selain pilihan kata yang tepat, efektivitas komunikasi menurut persyaratan yang harus dipenuhi oleh penggunga bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai degnan tuntutan komunikasi.
Syarat-syarat ketetapan pilihan kata:
1.    Membedakan makna denotasi dan konotasi dengan cermat, denotasi yaitu kata yang bermakna lugas dan tidak bermakna ganda. Sedangkan konotasi dapat menimbulkan makna yang bermcam-macam, lazim digunakan dalam pergaulan, untuk tujuan estetika, dan kesopanan.
2.    Membadakan secara cermat makna kata yang hamper bersinonim, misalnya: adalah, ialah, yaitu, merupakan, dalam pemakainnya berbeda-beda.
3.    Membedakan maksna kata secara cermat, kata yang miirip ejaannya, misalnya: inferensi (kesimpulan) dan interferensi (saling mempengaruhi), sarat (penuh) dan syarat (ketentuan)
4.    Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri, jika pemahaman belum dapat dipastikan, pemakai kata harus menemukan makna yang tepat dalam kamus, misalnya: modern sering diartikan secara subjektif canggih menurut kamus modern berarti terbaru atau mutakhir; canggih berarti banyak cakap, suka menggangu, banyak mengetahui, bergaya intelektual.
5.    Menggunakan imbuhan asing (jika doperlukan) harus mengetahui maknanya secara tepat, misalnya: dilegalisir seharusnya dilegalisasi, koordinir seharusnya koordinasi.
6.    Menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan susuna (pasangan) yang benar, misalnya: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan.
7.    Menggunakan kata umum dan kata khusus, secara cermat . umtuk mendapatkan pemahaman yang spesifik karangan ilmiah sebaiknya menggunakan kata khusus, misalnya: mobil (kata umum) corolla (kata khusus, seda buatan Tokyo).
8.    Menggunakan kata yang berubah makna dengna cermat, misalnya: isu (berasal dari kata inggris issue berarti publikasi, kesudahan, perkara), isu (dalam bahasa Indonesia berarti kabar yang tidak jelas asal-usulnya, kabar angina, desas-desus).
9.    Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, misalnya: pria dan laki-laki, saya dan aku, serta buku dan kitab; berhomofoni,misalnya: bang dan bank, ke tahanan dan ketahanan; dan berhomografi, misalnya: apel buah dan apel upacara, buku ruas dan buku kitab.
10. Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat, kata abstrak konseptual, misalnya: pendidikan, wirausaha, dan pengobatan modern. Kata konkret atau kata khusus, misalnya: mangga, sarapan, dan berenang.

3.    Kesesuaian Kata
Selain ketepatan pilihan kata itu, pengguna bahasa harus pula memperhatikan kesesuaian kata agar tidak merusak makna, suasana dan situasi yang hendak ditimbulka, atau suasana yang sedang berlangsung.
Syarat kesesuaian kata:
1.    Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampuradukkan penggunaannya dengan kata tidak baku yang hanya digunakan dlaam pergaulan, misalnya: hakikat (baku), hakekat (tidak baku), konduite (baku), kondite (tidak baku).
2.    Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai social dengan cermat, misalnya: kencing (kurang sopan), buang air kecil (lebih sopan), pelacur (kasar), tunasusila (lebih halus)
3.    Menggunakan kata berpasangan (idiomatik) dan berlawanan berlawanan makna dengan cermat, misalnya: bukan hanya…tetapi juga (salah), tidak hanya…tetapi juga (benar) (benar).
4.    Menggunakan kata dengan nuansa tertentu, misalnya: berjalan lambat, dan merangkak, merah darah, merah hati.
5.    Menggunakan kata ilmiah untukpenulisan karangan ilmiah, dan komunikasi nonilmiah (surat-menyurat, diskusi umum), menggunakan kata popular, misalnya: argumentasi (ilmiah), pembuktian (popular)
6.    Menghindarkan penggunaaan ragam lisan (pergaulan) dalam bahasa tulis, misalnya: tulis, baca, kerja (bahasa lisan), menulis,menuliskan,  membaca, membacakan, bekerja , mengerjakan, dikerjakan (bahasa tulis).
Ketepatan kata terkait degnan konsep, logika, dan gagasan yang hendak ditulis dalam karangan. Ketepatan itu menghasilkan kepastian makna. Sedangkan kesesuaian kata menyangkut kecocokan antara kata yang dipakai dengan situasi yang hendak diciptakan sehingga tidak mengganggu suasana batin, emosi, atau psikis antara penulis dan pembacanya, pembicara dengan pendengarnya. Misalnya: keformalan, keilmiahan, keprofesionalan, dan situasi tertentu yang hendak diwujudkan oleh penulis. Oleh karena itu, untuk menghasilkan karangan berkualitas, penulis harus memperhatikan ketepatan dan kesesuaian kata.
Penggunaan kata dalam surat, profosal, laporan, pidato, diskusi ilmiah, karangan ilmiah, dan lain-lain harus tepat dan sesuai dengan situasi yang hendak diciptakan. Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep, pembuktian, hasil pemikiran, atau solusi suatu masalah. Tegasnya, diksi merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas sebuah karangan. Pilihan kata yang tidak tepat dapat menurunkan kualitas karangan.
Memilih kata yang tepat untuk menyampaikan gagasan ilmiah menentukan penguasaan :
1.       Keterampilan yang tinggi terhadap bahasa yang digunakan
2.       Wawasan bidang ilmiah yang ditulis,
3.       Konsistensi penggunaan sudut pandang, istilah, baik dalam makna maupun bentuk agar tidak menimbulkan salah penafsiran
4.       Syarat ketepatan kata
5.       Syarat kesesuaian kata.

Fungsi diksi:
1.    Melambangkan  gagasan yang diekspresikan secara verbal.
2.    Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
3.    Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
4.    Menciptakan suasana yang tepat.
5.    Mencegah perbedaan penafsiran.
6.    Mencegah salah pemahaman.
7.    Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

4.    Perubahan Makna
Bahasa berkembang sesuai dengan tuntutan masyarakat pemakainya.
Pengembangan diksi terjadi pada kata. Namun, hal ini berpengaruh pada penyusunan kalimat, paragraph, dan wacana. Pengembangan tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan komunikasi. Komunikasi kreatif berdampak pada perkembangan diksi, berupa penambahan atau pengurangan kuantitas maupun kualitasnya. Selain itu, bahasa berkembang sesuai dengan kualitas pemikiran pemakainya. Perkembangan dapat menimbulkan perubahan yang mencakup perluasan, penyempitan, pembatasan, pe;emahan, pengaburan, dan pergeseran makna.
Faktor penyebab perubahan makna:
1.       Kebahasaan
Perubahan makna yang ditimbulkan oleh factor kebahasaan meliputi perubahan intonasi, bentuk kata, dan bentuk kalimat.
a.    Perubahan intonasi adalah perubahan makna yang diakibatkan oleh perubahan nada, irama, dan rekanan. Kalimat berita Ia makan. Makna berubah jika intonasi kalimat diubah, misalnya: Ia makan? Ia makan? Ia maakaaan. Perbedaan kalimat berikut ini diakibatkan oleh perubahan intonasi.
Paman teman saya belum menikah.
Paman, teman saya belum menikah.
Paman, teman, saya belum menikah.
Paman, teman, saya, belum menikah.
b.    Perubahan struktur frasa: kaleng susu ( kaleng bekas tempat susu) susu kaleng (susu yang dikemas dalam kaleng), dokter anak (dokter spesialis penyakit anak) anak dokter (anak yang dilahirkan oleh orang tua yang menjadi dokter)
c.    Perubahan bentuk kata adalah perubahan makna yang ditimbulkan oleh perubahan bentuk.
tua  (tidak muda)jika ditambah awalan ke- menjadi ketua., makna berubah menjadi pemimpin; sayang ( cinta) berbeda dengan penyayang (orang yang mencintai) memukul (orang yang memukul) berbeda dengan dipukul  (orang yang dikenai pukulan).
d.    Kalimat akan berubah makna jika strukturnya berubah. Perhatikan kalimat berikut ini:
(1)     Ibu Rina menyerahkan laporan itu lantas dibacanya.
(2)     Karena sudah diketahui sebelumnya, satpam segera dapat meringkus pencuri itu.
Kalimat pertama: salah bentuk kata sehingga menghasilkan makna Ibu ratna dibaca setelah menyerahkan surat. (Aneh bukan?) kesalahan terjadi pada kesejajaran bentuk kata menyerahkan dan diserahkan, seharusnya menyerahkan dibentuk pasif menjadi diserahkan.

2.    Kesejarahan
Kata perempuan pada zaman penjajahan Jepang digunakan untuk menyebut perempuan penghibur. Orang menggantinya dengan kata wanita. Kini setelah orang melupakan peristiwa tersebut menggunakannya kembali, dengan pertimbangan, kata perempuan lebih mulia disbanding kata wanita.
Perhatikan penggunaan kata yang bercetak miring pada masa lalu dan bandingkan degnan pemakaian pada masa sekarang.
Prestasi orang itu berbobot. (sekarang berkualitas)
Prestasi kerjanya mengagumkan. (Sekarang kinerja)

3.    Kesosialan
Masalah social berpengaruh terhadapa perubahan makna. Kata gerombolan yang pada mulanya bermakna orang berkumpul atau kerumunan. Kemudian kata itu tiak digunakan karena berkonotasi dengan pemberontak, perampok, dan sebagainya.
Perhatikan kata-kata berikut:
Petani kaya disebut petani berdasi
Militer disebut baju hijat
Guru disebut pahlawan tanpa tanda jasa

4.    Kejiwaan
Perubahan makna karena faktor kejiwaan ditimbulkan oleh pertimbangan:
a.    Rasa takut
b.    Kehalusan ekspresi
c.    Kesopanan
Misalnya pada masa Orde Baru, orang takut (khawatir) banyak utang (komersial) merupakan kinerja buruk bagi pemerintah, kata tersebut diganti dengan bantuan atau pinjaman . Padahal, utang (komersial) dan bantuan berbeda makna. Demikian pula, kata korupsi diganti dengan menyalahgunakan jabatan.
Perhatikan contoh berikut:
a.    Tabu:
Pelacur disebut tunasusila atau penjaja seks komersial (PSK)
Germo disebut hidung belang
b.    Kehalusan (pleonasme)
Bodoh disebut kurang pandai
Malas disebut kurang rajin
c.    Kesopanan
Kekamar mandi disebut ke belakang
Sangat baik disebut tidakburuk

5.    Bahasa Asing
Perubahan makna karena faktor bahasa asing, misalnya: tempat orang terhormat diganti dengan VIP.
Perhatikan cotoh berikut ini:
Jalur kereta khusus disebut busway
Kereta api satu rel disebut monorel

6.    Kata Baru
Kreativitas pemakai bahsa berkembang terus sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan tersebut memerlukan bahasa sebagai alt ekspresidan komunikasi. Kebutuhan tersebut mendorong untuk menciptakan istilah baru bagi konsep baru yang ditemukannya, misalnya: chip, server, download, website, dvd dan, sebagainya.

5.    Denotasi dan Konotasi
Makna denotasi dan konotasi dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya nilai rasa. Kata denotasi lezim disebut sebagai berikut:
a.    Makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi (pengamatan) menurut penglihatan, penciuman, pendengaran,perasaan, atau pengalaman yang berhubungan dengan informasi (data) factual dan objektif.
b.    Makna sebenarnya, umpamanya, kata kursi yaitu tempat duduk yang berkaki empat (makna sebenarnya)
c.    Makna lugas, yaitu makna apa adanya, lugu, polos,akna sebenarnya, bukan makna kias.
Konotasi berarti makna kias, bukan makna sebenarnya. Sebuah kata dapat berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain, sesuai dengan pandangan hidup dan norma masyarakat tersebut. Misalnya: Megawati dan Susilo Bambang Yuhoyono berbut kursi presiden. Kalimat tersebut tidak menunjukkan makna bahwa Megawati dan Susila Bambang Yudoyono tarik-menatik kursi karena kata kursi berarti jabatan presiden.
Sebuah kata dapat merosot nilai rasanya karena penggunaannya tidak sesuai dengan makna denotasinya. Misalnya, kata kebijaksanaan yang bermakna denotasi kelakuan atau tindakan arif.
Dapat bahwa makna kata konotatif cenderung bersifat subjektif. Maka kata ini lebih banyak diginakan dalam situasi tidak formal, misalnya: dalam pembicaraan yang bersifat ramah tamah, diskusi tidak resmi, kekeluargaan, dan pergaulan.
Perhatikan contoh berikut:
1.       Penulis memanjatkan puji syukur atas selesainya laporan ini.
2.       Laporan anda belum memenuhi sasaran.

6.    Sinonim
Sinonim ialah persamaan makna kata. Artinya dua kata atau lebih yang berbeda bentuk, ejaan, dan penguacapannya, tetapi bermakna sama. Misalnya: wanita bersinonim dengan perempuan.
Perhatikan contoh kata bersinonim berikut:
a.    Hamil, bunting
b.    Hasil, produksi, prestasi, keluaran
c.    Kecil, mikro, minor, mungil
d.    Korupsi, mencuri
e.    Strategi, teknik, taktik, siasat, kebijakan
f.     Terminal, halte, perhentian, stasiun, pangkalan, pos
Ketidakmungkinan menukar sebuah kata dengan kata lain yang bersisonim disebabkan oleh beberapa alasan: waktu, tempat, kesopanan, suasana batin, dan nuansa makna. Perhatikan contoh berikut:
  1. Kesopanan, misalnya: saya, aku
  2. Nuansa makna, misalnya: melihat, melirik, melotot penginapan, hotel, motel, losmen.
  3. Waktu, misalnya: pasar hampir bersinonim dengan konsumen atau pelanggan. Pasar pada masa lalu berarti tempat orang berjual-beli, sedangkan pasar pada situasi masa sekarang, mengalami perluasan bukan hanya tempat berjual-beli, tetapi juga berarti pemakai produk, konsumen, atau pelanggan.
Dua kata bersinonim atau hamper bersinonim tidak digunakan dalam sebuah frasa. Perhatkan contoh berikut:
  1. Kucing adalah merupakan binatang buas (salah)
Kucing adalah binatang buas (benar)
Kucing merupakan binatang buas (benar)
  1. Kepada Yth. Bapak Nurhadi (salah)
Kepada Bapak Nurhadi (benar)
Yth. Bapak Nurhadi (benar)

7.    Ideomatik
Ideomatik adalah penggunaan kedua kata yang berpasangan. Misalnya: sesuai dengan, disebabkan oleh, berharap akan, dan lain-lain. Pasana idiomatik kedua seperti ini tidak dapat digantikan dengan pasangan lain.
Contoh:
a.    Bangsa Indonesia berharap akan tampilnya seorang presiden yang mampu mengatasi berbagai kesulitan bangsa.
b.    Karyawan itu bekerja sesuai dengan aturan perusahaan.
Kata berharap akan (kalimat 1) tidak dapat diganti oleh mengharapkan akan atau berharap dengan. Begitu juga dengan idiomatik kalimat 2 dan idiomatik kalimat 3.

Minggu, 27 Januari 2013

Resume PPD



PERBEDAAN INDIVIDU MENURUT PARA AHLI

       Individu adalah manusia yang hidup berdiri sendiri yang didalam dirinya dilengkapi dengan kelengkapan yang meliputi raga, rasa dan rukun. Setiap individu memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya. Pada dasarnya perbedaan individu disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor keturunan atau faktor bawaan lahir dan faktor pengaruh lingkungan.
       Menurut Landgren (1980:578) perbedaan dalam perbedaan individual menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi  pasda aspek fisik maupun psikologis.
Dari bahasa ada dua fakta yang menonjol tentang macam-acam aspek perkembangan individu, yaitu :
1.       Semua manusia mempunyai unsur - unsur kesamaan didalam pola perkembangannya.
2.       Di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang membentuk warisan manusia secara biologis dan sosial tiap-tiap individu mempunyai kecenderungan berbeda. Perbedaan-perbedaan tersebut secara keseluruhan lebih banyak bersifat kuantitatif dan bukan kualitatif.

       Siswa merupakan makhluk individu yang unik yang mana masing-masing mempunyai perbedaan yang khas, seperti perbedaan intelegensi, minat, bakat, hobi, tingkah laku maupun sikap, mereka berbeda pula dalam hal latar belakang, kebudayaan, sosial, ekonomi dan keadaan orang tuanya. Guru harus memahami perbedaan siswa secara individu, agar dapat melayani pendidikan yang sesuai dengan perbedaannya itu. Siswa akan berkembang sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Setiap siswa juga memiliki tempo perkembangan sendiri-sendiri, maka guru dapat memberi pelajaran sesuai dengan temponya masing-masing. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran. Sistem pendidikan klasik yang dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.
Berikut adalah bidang-bidang perbedaan yang menyangkut ha-hal diatas:
A.      Bidang-Bidang Perbedaan
       Contoh kecil dari perbedaan individu adalah ketika kita menghitung umur kronologi anak yang masuk sekolah pada usia sebelum 6 tahun. Anak usianya dibawah 6 tahun, 4 atau 5 tahun kemampuan kesiapan belajar dan kesiapan beradaptasinya akan sangat terbatas dengan kesiapan anak usia 6 tahun ketika dimasukkan ke Sekolah Dasar. Tapi fenomena yang ada dilingkungan kita, ketika orang tua merasa anaknya mampu berkomunikasi, berhitung bahkan mulai bisa membaca para orang tua menganggap sang anak sudah mampu duduk bangku sekolah. Padahal meski anak tersebut sudah mampu namun faktor belum siapnya belajar dengan suasana formal dan beradaptasi membebani anak dalam belajar sehingga kurang menguasai pelajaran. Dan sangat akan berbeda ketika dibandingkan dengan anak usia 6 tahun keatas, usia tersebut memungkinkan anak telah memiliki kesiapan belajar dan beradaptasi dengan lingkungan barunya, sehingga anak akan nyaman belajar dan mampu menguasai pelajaran yang diberikan.
        Garry 1963 (Oxendine, 1984:317) mengklasifikasikan perbedaan individual kedalam bidang-bidang berikut.
1.       Perbedaan fisik; usia, tinggi dan berat badan, jenis kelamin, pendegnaran, penglihatan dan kemampuan bertindak.
       Perbedaan fisik bukan saja sebatas perbedaan yang dapat dilihat panca indra kita, seperti warna kulit, bentuk tubuh dll melainkan golongan darah, usia, pendengaran  merupakan cirri-ciri perbedaan fisik yang tidak dapat dilihat oleh pancaindra.
2.       Perbedaan sosial ; status ekonomi, agama, hubungan keluarga dan suku.
       Dalam kehidupan setiap individu berhubungan dengan dengan lingkungan diluar dirinya, hal ini memicu terjadinya perbedaan-perbedaan diantaranya perbedaan status sosial, agama, budaya, suku dan sebagainya.
3.       Perbedaan kepribadian ; watak, minat dan sikap.
       Tuhan telah menciptakan manusia sebagai individu yang sempurna diantara yang lain, kodratnya manusia memiliki potensi dasar yang membedakannya dengan hewan yaitu berupa fikiran, perasaan dan kehendak.
Karenanya setiap manusia memiliki kemampuan berbeda-beda baik berfikir, watak dan kemampuan hasil belajar, bakat dll. Lingkungan keluarga terutama orang tua mempunyai peran besar dalam membentuk karakter anak-anaknya, maka dari itu sudah seharusnya sejak usia dini orang tua menanamkan ilmu agama kepada anak-anaknya supaya anak mempunyai akhlak mulia seperti harapan para orang tua, sekalipun anak terpengaruh lingkungan dia akan kembali kepada ajaran agamanya.
4.       Perbedaan intelegensi dan kemampuan dasar.
      Setiap individu mempunyai tingkat kecerdasan dan bakat yang berbeda-beda, ini bisa karena keturunan ataupun bawaan lahir bahkan lingkungan.
Selain peran keluarga guru juga harus memperhatikan bakat dan kecerdasan  yang dimiliki anak, dan guru menyediakan sarana dan bimbingan untuk mengasah kemampuan yang dimiliki anak sehingga kemampuan tersebut tidak terpendam saja. Perhatian lingkungan sekitarnya akan memicu anak untuk lebih giat meraih prestasi, karena dia merasa banyak yang mendukungnya.
5.       Perbedaan kecakapan atau kepandaian sekolah.
       Sama seperti hal diatas, kecakapan dan kepandaian di sekolah mencerminkan pembentukan dari keluarga, sekolah dan masyarakat. Suatu individu belajar tidak hanya disekolah, tapi juga dimasyarakat. Lingkungan masyarakat yang kurang baik akan membentuk kemalasan dalam diri anak jika terlepas dari kontrol keluarganya.
Atau bahkan ada anak yang meski kurang perhatian dari keluarganaya tapi dia berprestasi dalam sekolah, ada yang mampu bidang olah raga tapi bidang kognitifnya kurang mampu atau sebaliknya.
Perbedaan-perbedaan inilah yang membuat kehidupan berwarna dan membuat manusia bisa saling mengisi.

a.       Perbedaan Kognitif
       Menurut Bloom, proses belajar baik di sekolah maupun diluar sekolah menghasilkan tiga kemampuan yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Setiap orang mempunyai persepsi terhadap pengamatan atas suatu objek dan pengetahuan itu diorganisasikan secara sistematik menjadi miliknya. Supaya setiap diperlukan pengetahuan yang dimilikinya akan diproduksi, dan itu merupakan kemampuan kognitif seseorang.
       Pada dasarnya kognitif merupakan hasil belajar seseorang, karena hasil belajar merupakan perpaduan antara faktor pembawaan dan pengaruh lingkungan. Dikatakan pembawaan jika sejak lahir seseorang telah dikaruniai mempunyai tingkat kecerdasan tinggi di tunjang dengan lingkungan yang baik dalam belajar maka akan mencetak hasil belajar yang memuaskan.

b.      Perbedaan Kecakapan Bahasa
       Kemampuan berbahasa setiap orang berbeda-beda. Kemampuan berbahasa sangat penting karena selain untuk komunikasi kemampuan bahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan fikirannya dalam bentuk ungkapan kalimat yang penuh makna,  logis dan sistematis. Faktor penunjang lain adalah organ berbicara( fisik).
Kembali pada permasalah anak dibawah usia 6 tahun duduk dibangku sekolah, tidak bisa dibantah kemampuan bahasa menjadi faktor dalam perkembangan anak.

c.       Perbedaan Kecakapan Motorik
       Kecakapan motorik atau psikomotorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi  kerja syaraf motorik untuk melakukan kegiatan-kegiatan sesuai yang diterima  alat indra penerima rangsangan.
Kemampuan motorik dipengaruhi oleh kematangan pertumbuhan fisik dan tingkat kemampuan berfikir. Karena kematangan pertumbuhan fisik dan kemampuan berfikir setiap orang berbeda-beda, maka hal itu dapat membawa akibat terhadap kecakapan motorik masing-masing dengan demikian kecakapan motorik individu berbeda-beda pula.

d.      Perbedaan Latar Belakang
       Perbedaaan latar belakang dan pengalaman setiap individu dapat memperlancar atau menghambat prestasinya, terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan. Minat dan sikap individu terhadap sekolah dan mata pelajaran tertentu, kebiasaan kerjasama, kecakapan untuk berkonsentrasi pada bahan pelajaran merupakan faktor-faktor perbedaan diantara para siswa. Faktor tersebut kadang berkembang akibat sikap anggota keluarga dirumah dan lingkungan sekitar. Latar belakang baik sosial ekonomi dan sosial kultural berbeda-beda. Demikian lingkungan sekitarnya, baik sosial maupun fisik memberikan pengaruh bebeda-beda pula.

e.      Perbedaan Bakat
       Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan pemupukan secara tepat sebaliknya bakat tidak berkembang sama, manakala lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang, dalam arti tidak ada rangsangan dan pemupukan yang menyentuhnya. Maka dari itu pendidikan amatlah sangat penting.
Perkembangan bakat dimiliki secara individu, meski intelegensi umum merupakan faktor dari hampir semua bidang namun hasil tes intelegensi dilaksanakan belum termasuk bidang keterampilan motorik, music, seni dan olah raga. Dengan demikian perencanaan pendidikan selanjutnya lebih memperhatikan kemampuan atau bakat akademik daripada kemampuan bakat khusus untuk dijadikan dasar pertimbangan.

f.        Perbedaan Kesiapan Belajar
       Perbedaan latar belakang keluarga dan lingkungan mempunyai pengaruh terhadap belajar. Perbedaan tersebut meliputi perbedaan sosial ekonomi dan sosial cultural, yang sangat penting bagi perkembangan anak. Akibatnya anak-anak pada umur yang sama tidak selalu berada pada tingkat kesiapan yang sama dalam menerima pengaruh dari lingkungan yang lebih luas, dalam hal ini pelajaran di sekolah. Dengan demikian perbedaan individu tidak saja disebabkan keragaman dalam rentang kematangan tapi juga keragaman dalam latar belakang sebelumnya.
Kondisi fisik yang sehat, dalam kaitannya dengan kesehatan dan penyesuaian diri yang memuaskan terhadap pengalaman-pengalaman, disertai dengan rasa ingin tahu yang amat besar terhadap benda-benda dan orang-orang membantu perkembangan dan kebiasaan dalam berbahasa dan belajar yang diharapkan. Sikap apatis, pemalu, dan kurang percaya diri akibat dari kesehatan yang kurang baik dan latar belakang yang miskin pengalaman mempengaruhi perkembangan pemahaman dan ekspresi diri anak.

B.      Kesimpulan
       Sesungguhnya Allah telah menciptakan manusia dengan sangat sempurna dibandingkan dengan ciptaan-Nya yang lain, sudah sepatutnya kita mensyukuri apa yg telah dianugerahkan-Nya.
Setiap manusia telah diciptakan berbeda-beda pula, baik secara fisik,  sosial, sifat, kecerdasan, kecakapan dan sebaginya. Perbedaan tersebut merupakan jalan kita untuk saling mengisi antar sesama, supaya hidup terasa lebih berwarna, coba kita bayangkan jika tidak ada perbedaan di muka bumi ini, semua akan biasa-biasa saja. Punya wajah sama, sifat sama, pekerjaan sama,semua sama.
Apapun perbedaan yang ada, harapannya semua ikut andil untuk membuat perbedaan itu menjadi kearah yang positif. Saling melengkapi satu sama lain, dan bersama-sama mendidik putra-putri generasi penerus untuk mencapai cita-cita bangsa. Dalam hal ini, keluarga, sekolah dan masyarakat punya peran besar dalam mewujudkannya, dan yang tidak kalah sangat amat penting adalah ditanamnya ilmu agama pada generasi penerus dari sedini mungkin, supaya tercipta generasi yang berakhlak mulia. Amiiiiiinnnnnnnnn…..
DAFTAR PUSTAKA

1.          Sunarto, H dan B. Agung Hartono, 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
2.          http://www.himitsuqalbu.wordpress.com/2011/11/perbedaan-individu-makala
3.          http://www.satulagi.com/belajar/perbedaan-individual